Senin, 25 Februari 2013

AS Siapkan Penelitan Lanjutan Virus Flu Burung

 Headline
INILAH.COM, Washington - Pemerintah AS disebut bakal melanjutkan penelitian virus H5N1, atau yang lebih dikenal dengan virus flu burung, pada tahun ini. Seperti apa?

Pada Januari 2012, pemerintah AS mengumumkan bahwa mereka dan para ilmuwan di seluruh dunia untuk sementara menangguhkan penelitian pada bakteri patogen mematikan H5N1, atau yang juga dikenal sebagai avian flu atau 'flu burung'.

Mereka menangguhkannya setelah ditemukan hasil penelitian yang dipublikasi dapat berpotensi menciptakan para bioterrorist untuk menciptakan dan menyebarkan versi yang lebih menular dari virus tersebut.

Akhir pekan lalu, National Institutes of Health (NIH) mengumumkan bahwa penelitian yang didanai pemerintah AS itu akan dilanjutkan tahun ini di bawah peraturan ketat yang diuraikan dalam kebijakan baru dengan berkolaborasi dengan komunitas ilmiah global.

Pemerintah AS ingin melanjutkan upaya mengembangkan vaksin untuk H5N1, untuk mempersiapkan pandemi sedini mungkin.

Sejumlah upaya ini ternyata dapat membuat H5N1 menyebar lebih mudah dan lebih tahan vaksin. Oleh karena itu dua kebijakan baru, satu untuk flu burung, dan kebijakan kedua akan berlaku untuk penelitian H5N1 dan 14 virus serta racun lainnya. Di antaranya adalah antraks, serangan virus ebola dan botulinum neurotoxin.

Ilmuwan yang menerima dana dari pemerintah AS dan bertanggung jawab mempelajari 14 virus lainnya harus siap dengan rencana risiko mitigasi, dengan menjabarkan bagaimana mereka akan mengurangi risiko dari hasil penelitian mereka tersebut yang dapat merugikan masyarakat.
Para ilmuwan harus melaporkan penelitian itu kepada sejumlah lembaga federal yang mendanai mereka, atau untuk NIH jika tidak ada sumber pendanaan federal.

Gedung Putih membuka kebijakan lebih luas dengan memberikan akses pada publik untuk memberikan komentar selama dua bulan, tetapi Direktur NIH Francis Collins tampaknya yakin bahwa ini adalah pendekatan yang tepat.

"Ini adalah kebijakan yang bertujuan melestarikan manfaat dari penelitian sambil meminimalkan risiko penyalahgunaan," ujarnya seperti dikutip dari TheVerge.

Flu burung masih menjadi masalah yang terus-menerus terjadi hingga kini. Kasus terakhir dilaporkan terjadi bulan ini di sebuah peternakan di Jerman.

Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), hingga saat ini flu burung menyebabkan 367 kematian manusia di seluruh dunia dari 620 kasus yang ada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar